Efek Spesies Oksigen Reaktif pada Luka
Antioksidan adalah agen yang menyelamatkan sel dari efek berbahaya dari spesies oksigen reaktif (ROS). Contoh ROS adalah oksigen singlet, superoksida, peroksil, dan radikal hidroksil. Radikal bebas yang kejam ini berasal dari stresor endogen, yang dihasilkan dari produk sampingan alami dari metabolisme sel, atau stresor eksogen seperti sinar UV, polutan, obat-obatan, asap, atau radiasi. Seperti namanya, molekul reaktif ini memicu kerusakan membran, lipid, asam amino, dan DNA. Kerusakan DNA tersebut dapat mengakibatkan rusaknya kolagen, sehingga mengganggu tahap proliferasi dalam proses penyembuhan luka.
Pada tahap hemostasis pada awal proses penyembuhan luka, terjadi vasodilatasi di sekitar jaringan yang terluka. Namun, stimulasi berlebihan dari vasodilatasi yang disebabkan oleh inducible nitric oxide synthase (iNOS) dapat menyebabkan produksi hidrogen peroksida dan ROS lainnya. Radikal bebas ini dapat menghasilkan stres oksidatif dan semakin memperburuk kondisi jaringan yang terluka. Akumulasi ROS tidak hanya akan membahayakan tempat yang terluka tetapi juga menyebarkannya ke seluruh organ tubuh lainnya. ROS dapat mengaktifkan berbagai mediator humoral dan seluler untuk memulai proses inflamasi pada organ yang jauh.
Peran Antioksidan dalam Meningkatkan Proses Penyembuhan Luka
Antioksidan bertindak sebagai penyelamat struktur sel dengan menetralkan ROS dan dengan demikian menghentikan reaksi berantai yang merusak dalam tubuh. Antioksidan dapat dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu antioksidan enzimatik dan non enzimatik. Antioksidan enzimatik mengubah radikal bebas menjadi molekul stabil yang kurang berbahaya bagi tubuh. Antioksidan ini selanjutnya dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas, yaitu askorbat peroksidase, katalase, superoksida dismutase, glutathione peroksidase, glutathione reduktase, dan glutathione S-transferase. Di sisi lain, antioksidan non-enzimatik memblokir dan memotong reaksi berantai yang merusak yang disebabkan oleh ROS atau bahkan menghambat pembentukan radikal bebas. Contoh antioksidan ini adalah asam askorbat, tokoferol, karotenoid, dan senyawa fenolik.
Sifat Antioksidan dari Madu Lebah Tanpa Sengatan
Tindakan terapeutik utama madu dalam meningkatkan proses penyembuhan luka datang melalui aktivitas antioksidannya karena dapat mencegah efek merugikan pada tempat luka yang disebabkan oleh stres oksidatif. Dapat diduga bahwa efek antioksidan madu lebah tanpa sengat juga dapat diaplikasikan untuk pengobatan luka karena kandungan antioksidannya lebih tinggi atau mirip dengan madu jenis lain. Penelitian terhadap lebah tanpa sengat (suku Meliponini) di Australia menunjukkan bahwa madu yang dihasilkan mengandung kadar flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan madu yang dihasilkan oleh A. mellifera. Aktivitas antioksidan total dalam Tetragonula carbonaria(lebah tak bersengat) madu terbukti lebih tinggi dari madu bunga Eropa, sementara aktivitas pemulungan radikalnya sama dengan madu bunga Eropa. Temuan ini didukung oleh studi penelitian lain pada Melipona fasciculate (spesies lebah tak bersengat lainnya), dimana kandungan polifenol dalam madu lebah tak bersengat ini paling tinggi dibandingkan dengan lebah madu Amerika Selatan lainnya. Di Malaysia, para peneliti dari MARDI telah mengungkapkan bahwa asam fenolik bebas utama dalam madu lebah tanpa sengat terdiri dari asam protocatechuic (PCA) dan asam 4-hidroksifenilasetat. PCA adalah antioksidan kuat yang dapat meningkatkan proliferasi sel dalam proses penyembuhan luka, sedangkan asam 4-hidroksifenilasetat mampu mengais spesies oksigen dan nitrogen reaktif.
Faktanya, produk lain yang dihasilkan dari lebah tanpa sengat, seperti serumen, juga memiliki sifat antioksidan. Dalam studi in vitro menggunakan uji bebas sel 5-lipoxygenase (5-LOX), ekstrak polar serumen telah menunjukkan kemampuan untuk menekan katabolisme asam linoleat, sehingga menampilkan efek antioksidan kuat yang dapat mencegah peroksidasi lipid dan melindungi integritas membran sel. Selain itu, telah ditunjukkan bahwa ekstrak etanol serumen memiliki sifat antioksidan yang mengurangi jumlah ROS dan melindungi eritrosit manusia dari peroksidasi lipid dalam uji antioksidan dengan menggunakan model eritrosit manusia. Tindakan ini dikaitkan dengan senyawa fenolik, yang merupakan komponen antioksidan penting yang menghambat hemolisis dalam eritrosit. Kandungan antioksidan yang tinggi dalam madu lebah tanpa sengat dapat memancing minat aplikasi madu ini dalam penelitian penyembuhan luka.